Kata Kerja Operasional untuk Pengembangan Indikator pada Silabus dan RPP Anda
By iis sugianti - Posted on 21
Januari 2012
Kata Kerja
Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP
berdasarkan taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian
kompetensi dasar, KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Taksonomi
Bloom pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal
ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan
setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan:
- Kuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar;
- Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
- Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Daftar kata kerja operasional dengan
tiga ranah yang biasa dipergunakan untuk menyusun indikator.
- Ranah Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior)
siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan
proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan
berfikir siswa. Indikator kognitif
produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun
dengan menggunakan kata kerja operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek
dari indicator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
- Pengetahuan (C1) : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis
- Pemahaman (C2) : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
- Penerapan (C3) : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
- Analisis (C4) : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer
- Sintesis (C5) : Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
- Penerapan (C6) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
- Ranah Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah
siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA,
indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah.
Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja
operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah:
berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif juga
perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau
berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
- Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
- Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak
- Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang
- Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
- Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan
- Ranah Psikomotor
Indikator
psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah
siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan
percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas
fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.
- Menirukan (P1): Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi
- Memanipulasi (P2): Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur
- Pengalamiahan (P3): Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus
- Artikulasi (P4): Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang
Contoh penggunaan Kata Kerja
Operasional dalam pengembangan silabus RPP
Dalam
menyusun indikator, yang perlu bapak ibu petakan adalah konsep berpikir siswa
dari yang mudah ke sukar, teori ke praktik, dan seterusnya. Yang terpenting
adalah Bapak ibu dalam menyusun kata kerja operasional harus runut dan
berjenjang seperti contoh yang saya sebutkan diatas.
Berikut
adalah contoh indikator dalam pengembangan RPP
Kelas : X
Waktu : 45 menit
1. Model
Pembelajaran : CTL
2. Metode : Eksperimen
3. Standar
kompetensi
Menerapkan
konsep besaran fisika dan pengukurannya
4. Kompetensi
dasar
Mengukur
besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).
5. Indikator
- Siswa membandingkan pengukuran massa dengan indera dan neraca
- Siswa mensimulasikan cara mengukur massa suatu benda.
- Siswa menemukan konsep massa.
- Siswa menghitung massa jenis suatu benda.
6. Media
- Kit neraca
- Bola dan balok
- Botol air
Kata Kerja
Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan
taksonomi
Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, KD yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan
dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Taksonomi Bloom pertama kali disusun
oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu:
1.
Cognitive Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.
Affective Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.
Psychomotor Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan:
1.
Tuntutan kompetensi yang dapat
dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar;
2.
Karakteristik mata pelajaran,
peserta didik, dan sekolah;
3.
Potensi dan kebutuhan peserta didik,
masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Kata Kerja
Operasional Dengan Tiga Ranah Yang Biasa Dipergunakan Untuk Menyusun Indikator.
1.
Ranah
Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan
perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian
kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan
keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku
siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional
(terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya
konsep, hukum, kaidah dll.
a.
Tipe Hasil
Belajar Pengetahuan (C1)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan
dari kata knowledge dalam
taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab
dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan
hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal
dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi
proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar
dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep
lainnya. Ada beberapa cara untuk dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan
seperti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan
yang bermakna. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah
yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe
hasil belajar berikutnya. Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini
berlaku bagi semua bidang ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial,
maupun bahasa. Misalnya hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana
menggunakan rumus tersebut; hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat
(Dharma, 2008).
Ada beberapa cara untuk mengingat dan menyimpan dalam
ingatan yaitu teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kemudia, dan membuat
singkatan yang bermakna. Untuk menyusun item tes pengetahuan hafalan yaitu tipe
melengkapi, tipe isian, dan tipe benar salah. Karena lebih mudah menyusunnya,
orang banyak memilih tipe benar salah (Sudjana, 2005:24).
Mengetahui merupakan proses kognitif paling rendah
tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar
bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan
yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini
mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat
(Widodo, 2006). Kata operasional mengetahui yaitu Mengutip, Menyebutkan,
Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan,
Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca,
Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau,
Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri,
Menulis.
Manfaat
pertanyaan ingatan yaitu:
·
Kategori ingatan/pengetahuan masih
diperlukan oleh tingkat berpikir yang lebih tinggi. Kita tidak bisa menyuruh
siswa untuk memikirkan jenjang yang lebih tinggi jika siswa kurang informasi
dasar
·
Masyarakat juga masih menghendaki
banyak hal yang harus diingat
·
Pertanyaan ingatan masih bisa
melibatkan siswa lebih dari sekedar mengingat fakta, jika siswa diminta
mengingat konsep-konsep yang luas, generalisasi yang didiskusikan sebelumnya,
definisi-definisi , metode-metode pendekatan pemecahan masalah dan kriteria
evaluasi.
Kelemahan
pertanyaan ingatan yaitu:
·
Guru cenderung terlalu banyak
menanyakan fakta dibanding dengan pertanyaan tingkat tinggi lainnya.
·
Ingatan fakta-fakta yang dibangun
dengan pertanyaan faktual mudah dan cepat dilupakan siswa
·
Pertanyaan ingatan biasanya hanya
mengukur pengertian-pengertian yang dangkal
·
Ingatan fakta-fakta saja sering
belum berarti mengerti.
b.
Tipe Hasil
Belajar Pemahaman (C2)
Tipe hasil balajar yang lebih tinggi dari pada
pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan susunan kelimat dengan
bahasa sendiri, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, menggunakan
petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami
setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa
pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat memahami, perlu terlebih
dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori.Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan
dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia,
pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan merah putih, menerapkan
prinsip-prinsip listrik dalam memasang saklar dll yang sejenis. Tingkat kedua
adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan
yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik
dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, menghubungkan
pengetahuan tentang konjungsi kata kerja, subjek, dan possesive sehingga tahu menyusun kalimat (Dharma, 2008).
Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah
pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat
di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu
kejadian, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya (Dharma, 2008).
Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga
tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara
ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan soal yang susunannya termasuk
subkategori tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempersalahkan ketiga
perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemahan,
pemanfsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyususunan soal
tes hasil belajar (Dharma, 2008).
Karakteristik soal-soal pemahaman sangat mudah
dikenali, tetapi membuat item pemahaman tidaklah mudah. Item pemahaman dapat
disajikan dalam gambar, denah, diagram, dan grafik. Dalam tes objektis, tipe
pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman
(Sudjana, 2005:25).
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa
mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk mengorganisasikan dan
menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta
yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat
kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang
diketahuinya (Widodo, 2006). Kata operasional memahami yaitu Memperkirakan,
Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan,
Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan,
Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan,
Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan,
Merangkum, Menjabarkan.
c.
Tipe Hasil
Belajar Aplikasi (C3)
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori,
rumus, hukum, prinsip, generalisasi dan pedoman atau petunjuk teknis.
Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi yang
berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan
hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi
baru bila terjadi proses pemecahan masalah. Situasi bersifat lokal dan mungkin
pula subjektif sehingga tidak mustahil bahwa sesuatu itu baru bagi banyak
orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu.
Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada
di masyarakat atau realitas yang ada di dalam kehidupan siswa sehari-hari
(Dharma, 2008).
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
kongkret atau situasi khusus. Abstraksi berupa ide, teori, atau petunjuk
teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Menurut
Bloom dalam Sudjana (2005:26) terdapat delapan tipe aplikasi dalam rangka
menyusun item tes tentang aplikasi yaitu:
·
Menetapkan prinsip atau generalisasi
yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi
·
Menyusun kembali masalah sehingga
dapat menerapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai
·
Memberikan spesifikasi batas-batas
relevansi suatu prinsip atau generalisasi
·
Mengenali hal-hal khusus yang
terpampang dari prinsip generalisasi
·
Menjelaskan suatu gejala baru
berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
·
Meramalkan sesuatu yang akan terjadi
berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
·
Menentukan tindakan atau keputusan
tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan
generalisasi yang relevan.
·
Menjelaskan alasan menggunakan
prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu
prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu,
mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak
berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan
mengimplementasikan (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya yaitu Menugaskan,
Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi,
Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan,
Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan,
Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan,
Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun,
Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan.
(Rustaman,2003:42)
d.
Tipe Hasil
Belajar Analisis (C4)
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya.
Analisis merupakan suatu kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan
dari ketiga tipe hasil belajar sebelumnya. Dengan kemampuan analisis diharapkan
siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang sesuatu dan dapat memilah
atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang terpadu baik dalam hal prosesnya,
cara bekerjanya, maupun dalam hal sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah
dikuasai siswa maka siswa akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru
secara kreatif (Dharma, 2008).
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya.
Analisis meruapakn kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan kecakapan dari
tipe pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Bila kecakapan analisis telah dapat
berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi
baru secara kreatif (Sudjana, 2005:27).
Menurut Sudjana (2005:27), untuk membuat item
tes kecakapan analisis memerlukan pengenalan berbagai kecakapan yang termasuk
klsifikasi analisis yaitu:
·
Dapat mengklasifikasikan kata-kata,
frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik
tertentu.
·
Dapat meramalkan sifat-sifat khusus
tertentu yang tidak disebutkan secara jelas
·
Dapat meramalkan kualitas, asumsi,
atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan
hubungan materinya
·
Dapat mengetengahkan pola, tata,
atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi,
sebab-akibat, dan peruntutan
·
Dapat mengenal organisasi,
prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya
·
Dapat meramalkan sudut pandangan,
kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya.
Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan
atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan
antar unsur-unsur tersebut (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya yaitu
Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis,
Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan,
Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan,
Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan,
Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer.(Rustaman, 2003:43)
e.
Tipe Hasil
Belajar Sintesis (C5)
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam
bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan,
berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang
sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada berpikir
devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya akan
mudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah
berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawabannya
belum dapat dipastikan (Dharma, 2008).
Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan
mengumpulkannya kedalam satu kelompok besar. Kalau analisis memecah integritas
menjadi bagian-bagian, sebaliknya sintesis adalah menyatukan unsur-unsur
menjadi suatu integritas yang mempunyai arti. Berpikir sintesis merupakan
sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif. Seseorang yang kreatif
sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreatifitas juga beroperasi dengan
cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, siswa dimungkinkan untuk
menemukan hubungan kausal, urutan tertentu, astraksi dari suatu fenomena
(Dharma, 2008).
Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan tingkat tinggi
yang meminta siswa menampilkan pikiran yang original dan kreatif. Pertanyaan
jenis ini menghendaki siswa menghasilkan komunikasi-komunikasi yang asli,
membuat ramalan, dan memecahkan masalah-masalah (Abimanyu dan Pah, 1985:26).
Berpikir sintesis adalahberpikir divergen. Dalam
berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan.
Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya ke dalam
satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas menjadi
bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi integritas
perlu secara hati-hati dan penuh telaah. Berpikir sintesis merupakan salah satu
terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah
satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang kreatif sering
menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas juga beroperasi dengan cara
divergen (Sudjana, 2005:28).
Menurut Sudjana (2005:28), kecakapan sintesis dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yaitu:
·
Kemampuan menemukan hubungan yang
unik. Artinya menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan
menambahkan satu unsur tertentu dan unit-unit tak berharga menjadi sangat
berharga. Contohnya kemampuan mengomunikasikan gagasan, perasaan, dan
pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah, dan yang lainnya.
·
Kemampuan menyusun rencana atau
langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
·
Kemampuan mengabstraksikan sejumlah
besar gejala, data, hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis,
skema, dan model.
Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup
dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu
Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode,
Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan,
Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte,
Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan,
Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan,
Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi. (Rustaman, 2003:44)
f.
Tipe Hasil
Belajar Evaluasi (C6)
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai
sesuatu yang mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,
metode, materi, dll. Oleh karena itu maka dalam evaluasi perlu adanya suatu
kriteria atau stándar tertentu. Dalam tes esai, stándar atau kriteria tersebut
muncul dalam bentuk frase ”menurut pendapat saudara” atau “menurut teori
tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya, setidak-tidaknya sukar
diperbandingkan sebab variasi kriterianya sangat luas. Frase yang kedua lebih
jelas standarnya. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam evaluasi, maka
soal-soal yang dibuat harus menyebutkan kriterianya secara eksplisit.
Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Kemampuan evaluasi memerlukan kemampuan dalam pemahaman,
aplikasi, analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil belajar evaluasi
mensaratkan dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya (Dharma, 2008) Menurut
Sudjana (2005:29), kecakapan evaluasi seseorang dapat dikategorikan ke dalam
enam tipe yaitu:
·
Dapat memberikan evaluasi tentang
ketepatan suatu karya atau dokumen
·
Dapat memberikan evaluasi satu sama
lain antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan
organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal
bagian-bagian serta keterpaduannya.
·
Dapat memahami nilai serta sudut
pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan
·
Dapat mengevaluasi suatu karya
dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan
·
Dapat mengevaluasi suatu karya
dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan
·
Dapat memberikan evaluasi tentang
suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
Kata kerja operasional pada jenjang kemampuan evaluasi
yaitu Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang,
Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan,
Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi,
Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan (Rustaman, Y. N., Soendjojo, D.,
Suroso, A. Y., Yusnani, A., Ruchji, S., Diana, R. & Mimin, N. K. 2003:45).
2.
Ranah
Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat
dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam
pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA
yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan
menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh
sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu,
indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya:
bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik,
berkomunikasi dll.
Ranah
Afektif, memiliki lima aspek anatara
lain yaitu : penerimaan, memberi respon, penilaian, pengorganisasian, dan
karakteristik.
a.
Penerimaan
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: bertanya, menggambarkan, mengikuti, memberi,
menyelenggarakan, mengidentifikasi, menempatkan, menanamkan, memilih,
menggunakan.
b.
Memberi Respon
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: menjawab, menaati, menyetujui, membantu,
menceritakan, melaksanakan, mempersembahkan, menuliskan, menunjukkan.
c.
Penilaian
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator adalah: menggambarkan, menerangkan, mengikuti, mengajak, bergabung,
memohon, melapor, bekerja.
d.
Pengorganisasian
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator RPP adalah: mematuhi, mengatur, menggabungkan, mempertahankan,
menggeneralisasikan, menggembangkan.
e.
Karakteristik,
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator adalah: mengorganisasi, menyintesiskan, mempergunakan, mendengarkan,
melaksanakan, mempraktekan, memohon, menanyakan, merevisi, memecahkan masalah,
menelaah kembali kebenaran sesuatu.
3.
Ranah
Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior)
siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA,
diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian
konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur,
membuat, dll.
Ranah Psikomotor, memiliki
lima aspek yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan
pengalamiahan.
a.
Peniruan
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator adalah: merakit, membersihkan, mengubah, membetulkan, mengencangkan,
mengikuti, memegang, memanipulasi, menempatkan, memukul.
b.
Manipulasi
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator adalah: merakit, membangun, melapisi, mengebor, menguatkan,
menggurinda, memalu, memperbaiki, mengampelas, menggergaji.
c.
Ketetapan
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator adalah: sama dengan manipulasi, tetapi dengan kontrol yang lebih dari
kesalahan lebih sedikit.
d.
Artikulasi,
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator adalah: memeriksa skala, mengalami, mengidentifikasi, menempatlan,
memanipulasi, menjahit, menajamkan, membungkus, menulis.
e.
Pengalamiahan
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
indikator RPP adalah: merakit, mendemonstrasikan, menampilkan, menjalankan,
membangun, mengarang.
Diposkan
oleh Berlyn Lesnussa di 20.10
http://berlynlesnussa.blogspot.com/2012/07/kata-kerja-operasional.html